Jumat, 27 November 2015
sifat-sifat agregat dalam campuran beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh
pada mutu campuran beton. Sifat-sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar
dapat mengambil tindakan yang positif dalam megatasi masalah yang timbul.
Agregat yang digunakan diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton” dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80
makaagregat tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh
ASTM C-33-82, “Standard Specification For
Concrete Aggregates” (ulasan PB, 1989:14).
Serapan Air dan Kadar Air Agregat
Pada
saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang terjebak dalam
lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat
perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil didalam butiran
agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besardan
menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi reservoir air bebas
didalam agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap agregat didalam air
disebut sebagai serapan air,
sedangkan benyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air .
A. Serapan Air
Serapan
air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat pada kondisi
jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated
surface dry (SSD), kondisi ini merupakan :
a. Keadaan
kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton, sehingga agregat
tidak akan menambah maupun mengurangi air dari pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak
mendekati kondisi SSD daripada kondisi kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan
dengan banyaknya jumlah yang diperlukan agregat dalam kodisi kering udara (Wku)
menjadi SSD (WSSD), rumusnya adalah:
Resapan
efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan
rumus :
Sehingga
kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi dari agregat dapat
dihitung dengan rumus :
Air
kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (Wtam)
terhadap campuran adukan beton, yaitu :
Kelebihan (Wag)dan berat pada
kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk menghitung banyaknya
kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan dalam rumus:
B. Kadar Air
Kadar
air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kadar
air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar
air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering tetapi
megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3. Jenuh
kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di permukaan agregat ,
tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam agregat tidak akan
menambah atau mengurangi air pada campuran beton.
4. Kondisi
basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung air, sehngga
akan menyebabkan penambahan pada kadar air campuran beton.
Dari
keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu kering
tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam presentase dan
dapat dihitung sebagai berikut :
Jika
agregat basah ditimbang beratnya (W1 ), kemudian dikeringkan dalam
tungku dengan suhu 1000±50 sampai beratnya konstan
(biasanya selama 16-24 jam), kemudian ditimbang beratnya (W2), maka
kadar airnya (KA) dapat diketahui.
C.
Berat Jenis dan Daya Serap Agregat
Berat
jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis
dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga
secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton.
Hubungan antara berat jenias dan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai
berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap agregat tersebut.
D.
Gradasi Agregat
Seperti yang telah diuraikan diatas
bahwa gradasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela.
Untuk mendapat campuran beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur
beberapa jenis agregat. Untuk tu pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi
penting. Dalam pengerjaan beton yang paling banyak dipakai adalah agregat
normal dengan gradasi yang harus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluan
yang khusus sering dipakai agregat ringan maupun agregat berat.
1.
Gradasi Agregat Normal
SK. SNI T-15-1990-03 memberikan
syarat-syarat untuk agregat halus yang diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam empat
daerah seperti dalam tabel berikut ini :
§ Keterangan
:
- daerah gradasi I = Pasir Kasar
-
daerah gradasi II = Pasir Agak Kasar
- daerah gradasi III =
Pasir Halus
- daerah gradasi IV =
Pasir Agak Halus
ASTM C.33-86 dalam “Standard Specification For Concrete
Aggregates” memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang tercantum
dalam tabel dibawah ini, dimana agregat halus tidak boleh mengandung bagian
yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayaka
berikutnya.
Menurut
British Standard (B.S), gradasi
agregat kadar (kerikil/batu pecah) yang baik sebaiknya masuk dalam batas yang
tercantum dalam tabel berikut :
2.
Gradasi Agregat Campuran
Gradasi
yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu tempat (quarry). Dalam praktek biasanya dlakukan
pencampuran agar didapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar dengan
agregat halus. SK SNI T-15-1990-03:21memberikan batas gradasi yang diadopsi
dari B.S, seperti yang tercamtum dalam tabel-tabel dibawah ini :
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat
dengan butir maksimum 40 mm
Persen butiran yang lewat ayakan
(%) untuk agregat dengan butir maksimum 30 mm
Persen butiran yang lewat ayakan
(%) untuk agregat dengan butir maksimum 20 mm
Persen butiran yang lewat ayakan
(%) untuk agregat dengan butir maksimum 10 mm
Modulus Halus Butir
Modulus
halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu indek
yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat
(Abrams, 1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir
agregat yang tertinggal di atas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6,
0.3 dan 0.15 mm), kemudian nilai tersebut dibagi dengan seratus (Ilsley,
1942:232).
Makin
besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya. Umumnya
agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai sebagai
dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat campuran
nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dengan
:
W
= Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K
= Modulus halus butir agregat kasar
P = Modulus halus butir agregat halus
C
= Modulus halus butir agregat campuran
Untuk
mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan dengan
tabulasi.
Kekekalan
Kekekalan
agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk memeriksa reaksinya
pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi syarat seperti yang tercantum
dalam SII.0052-80 “Mutu dan Cara Uji
agregat beton” untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM C.33-86, “Standard Specification for Concrete
Aggregates” . Syarat mutu untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam
sulfat ( natrium sulfat,NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan magnesium sulfat (MgSO4)
bagiannya yang hancur maksimum 15%.
(2) Agregat kasar jika diuji dengan
larutan garam sulfat (natrium sulfat, NaSO4), bagiannya yang hancur
maksimum 12% dan jika diuji magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang
hancur maksimum 18%.
Perubahan Volume
Faktor
utama yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan dalam volume adalah
kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air, seiring dengan mengeringnya
beton. Jika agregat mengandung senyawa kimia yang dapat mengganggu proses
hidrasi dari semen, maka beton yang terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM
C.330, “Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete”
memberikan ketentuan bahwa susut-kering untuk agregat ringan tidak boleh
melebihi 0,10%.
Karakteristik Panas
Pada
Agregat karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan dan kualitas dari
beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis dan pengahantar panas.
1.
Koefisien
muai
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan
agregatnya. Koefisien muai berkisar
antara 5,4 x 10-6 sampai 12,6 x 10-6 per derajat celcius,
adapun koefisien muai pasta semen sekitar 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x
10-6 per derajat Celsius. Jika koefisien besar, maka perubahan suhu
dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga saat melepaskan lekatan antara
agregat dan pasta semen. Jika koefisien
muai dari keduanya berbeda lebih
dari 5,4 x 10-6 , beton akan
retak , jika mengalami panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
2. Panas
Jenis dan pengantar panas
Panas jenis dihitung jika beton
digunakan untuk pekerjaan masa dan juga untuk pekerjaan khusus.
Bahan-Bahan Lain yang Mengganggu
Bahan-bahan
yang mengganggu adalah bahan yang menyebabkan terganggunya proses pengikatan
pada beton serta pengerasanya.
(1) Bahan padat yang menetap
Lempung, tanah liat dan abu batu tidak
di ijinkan dalam jumlah banyak karena mengakibatkan meningkatnya penggunaan air
dalam campuran beton yang bersangkutan. Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi
satu dengan semen sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat.
Akibatnya kekuatan beton berkurang karena tidak adanya saling mengikat.
(2) Bahan-bahan organik humus
Apabila agregat alam mengandung
bahan-bahan organik maka proses hidrasi akan terganggu, sehingga bahan agregat
tersebut tidak dapat dipergunakan dalam campuran beton.
Pemeriksaan Mutu Agregat
Pemeriksaan
mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang
memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang
diharapkan. Agregat
normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, “Mutu dan Cara
Uji Agregat Beton” dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi
syarat ASTM C.330-80 “Standard
Specification for Concrete Aggregates” Agregat ringan harus memenuhi syarat
yang diberikan oleh ASTM c.330-80 “Specification
for lightweight Aggregates for Structural Concrete”. Sebagian syarat-syarat
telah di jelaskan di atas.
SUMBER : Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. yogyakarta : ANDI
Selasa, 24 November 2015
Kekuatan Agregat
Kekuatan
beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka agregat
tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Pada kasus-kasus
tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung
mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton. Dalam hal ini
kekuatan agregat menjadi kritis.
Faktor
yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat
Kekuatan
agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat dapat
bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a.
Karena terdiri dari bahan yang lemah
atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).
Granite
misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal Quards dan Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya
lebih rendah daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena
butir-butir granit tidak terikat dengan baik.
b.
Porositas yang besar.
Porositas
yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban
kejut.
Kekerasan atau kekuatan butir-butir
agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir
satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus
elastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxal) yang lebih tinggi.
Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan
kekuatan beton yang dapat diandalkan. Kekerasa sedang mungkin justru lebih
menguntungkan, Karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau
pembasahan atau pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dengan demikian
membantu mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton.
Butiran yang lemah dan lunak perlu
dibatasi nilai minimumnya jika ketahanan terhadap abrasi yang kuat
diperlukan.Modulus elastisitas agregat juga penting diketahui karena memberikan
kontribusi dalam modulus elastisitas beton.
Cara Pengujian Kekuatan Agregat
Untuk
menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff ataupun Los Angelos
Test. Sesuai dengan SII.0052-80 (PB, 1989) untuk agregat normal dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Bejana rodelloff yang banyak digunakan
dinegara Inggris berupa bejana yang berbentuk silinder baja dengan garis tengah
bagian dalam 11.8 cm dan tingginya 40 cm dilengkapi dengan stempel pada
dasarnya. Cara pengujiannya, butiran agregat dimasukkan kedalam silinder
tersebut dan diletakkan stempel kemusian ditekan dengan gaya tekan 20 ton
selama 20 menit. Bagian yang hancur yang lebih kecil dari 2mm kemudian
ditimbang. Beratnya merupakan kekuatan dari agregat yang dinyataan dalam persen
hancur. Semakin banyak bagian yang hancur semakin rendah kekuatan agregat
tersebut.
Cara Rudelloff agak kurang tepat jika
dipakai untuk menguji agregat yang lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan
yang kuat dengan dinding silinder baja selama penekanan mengakibatkan beban
yang ditahan butr-butir berkurang,sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya
lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dengan
menggunakan alat Los Angelos Test.
Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan diameter
71 cm da panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat
berputar. Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan benda uji dan tertutup
rapat sedemikian sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian
dalam silinder terdapat blade baja
melintang penuh setinggi 8.9 cm. silinder ini dilengkapi dengan bola-bola baja
dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing antara 390-445 gram
atau sesuai dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut ini :
Tabel berat dan gradasi benda uji |
Tabel jumlah dan berat bola-bola baja sesuai dengan gradasi |
Untuk
mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33 rpm. Pengujian
ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat normal. Caranya
dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100 kali yang pertama
dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika butiran yang pecah pada akhir
ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi nilai batas 27%)daripada ke-500
dianggap bagianyang lunak sudah terlalu banyak.
Cara
lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness)
caranya diberi beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini biasanya berhubungan dengan
kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan dengan menggunakan silinder baja
dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan
kelipatannya. Nilai kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang
kurang dari 13 dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga
digunakan untuk mengukur kekuatan agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran
50-200 mm yang kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai
pecah.
SUMBER : Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. yogyakarta : ANDI
Jumat, 13 November 2015
jenis - jenis agregat
Jenis Agregat Berdasarkan Berat
Ada
tiga jenis agreagat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan
dan agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat normal an agregat
ringan.
A. Agregat normal
Dihasilkan
dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari sumber alam. Agregat ini
biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Berat jenis
rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak boleh kurang dari 1.2 kg/dm3.
Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton normal, yaitu beton yang
dibuat dengan isi 2.200 - 2.500 kg/m3
(SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan
persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji Agregat Beton” harus dipenuhi.
Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80, maka agregat harus memenuhi ketentuan
ASTM C-33, “ Specification For Concrete Aggregates”(PB-89, 1989:9).
B. Agregat ringan
Digunakan
untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan yang memperhitungkan
berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya
bahan-bahan untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak
digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan agregat ringan
mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton
yang dibuaat dengan agrergat ini besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika
tidak diperhatikan hal ini akan menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi
kurang baik kualitasnya. Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
dihasilkan melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan
bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan volume. Berat isi agregat
ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasarnya dan 750-1200 kg/m3
untuk agregat halusnya. Campuran kedua agregat tersebut mempunyai berat isi
maksimum 1040 kg/m3. Agregat ringan yang digunkan dalam campuran
beton harus memenuhi syarat mutu dari ASTM C-330, ” Specification For
Lighweight Agragates For Structural Concrete”.
C. Agregat berat
Agregat
berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Contohnya
adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan
serbuk besi. Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat
jenis bahannya. Beton yang dibuat dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai
pelindung dari radiasi sinar-X. Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk
agregat berat, ringan atau normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang
digunakan adalah C.29. Definisi berat isi
sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk setiap partikel (Brink, R.H
and Timms, A.G, 1966).
Ukuran
maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm). Alat yang digunakan
dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder dengan butir yang telah
ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang tercantum dalam table dibawah ini.
Dalam hal in ukuran nominal agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat
ukur tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang tercantum pada tabel.
Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk
Bentuk
agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat tersebut sulit
diukur dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak membicarakan hal ini, salah
satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa bentuk butir agregat ditentukan
oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu kebulatan/ketajaman sudut
(sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara numerik dinyatakan
dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut
butir dari jari-jari maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya) dan oleh
sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan volume butir.
Bentuk
agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat
dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk
agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik
yang digunakan.
Jika
dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang
lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta
semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak
berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan
bentuk agregat ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan
bentuknya adalah sebagai berikut :
1.
Agregat
Bulat
Agregat ini terbentuk
karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena
pergeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya
kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar
agregat kurang kuat.
2.
Agregat
Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara
alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga
permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih
tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena
ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3.
Agregat
Bersudut
Agregat ini mempunyai
sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk ditempat-tempat perpotongan
bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar
antara 38%-40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah
dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar
agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis
perkerasan (rigid pavement).
4.
Agregat
Panjang
Agregat ini panjangnya
>lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika ukuran terbesarnya lebih
dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran
rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai
contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan
tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini
dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x
15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan
dibuat. Agregat jenis ini cenderung
berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan tekan
dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5.
Agregat
Pipih
Agregat disebut pipih
jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan tebalnya lebih
kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran
beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5
ukuran rata-ratanya. Untuk contoh diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil
dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai perbandingan antara
panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama
dengan uang logam.
6.
Agregat
Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini
mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan lebarnya
jauh lebih besar dari tebalnya.
Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur
Permukaan
Umumnya
agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Berdasarkan
pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus
(glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan
berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari
susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Jenis lain
dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam.
Ukuran
susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan
besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah membuat licin atau
kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan ini sangat berpengaruuh
pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit
beton untuk dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat
dibedakan sebagai berikut:
1.
Agregat
licin/halus (glassy)
Agregat
jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan menambah
kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butir agregat sehingga
beton yang menggunakan agregat ini cenderung metunya lebih rendah. Agregat
licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan
(rocks)berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
2.
Berbutir
(granular)
Pecahan agregat jenis
ini berbentuk bulat dan seragam.
3.
Kasar
Pecahan kasar dapat
terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang mengandung bahan-bahan
berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
4.
Kristalin
(crystalline)
Agregat jenis ini
mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
5.
Berbentuk
sarang lebah (honeycombs)
Tampak dengan jelas
pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan visual, kita dapat
melihat lubang-lubang pada batuannya.
Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran
Butir Nominal
Ukuran agregat dapat
mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan campuran
tertentu, kekeuatan tekan beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar,
dan juga akan menambah kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII. Seerti
yang diuraikan diatas, ukuran agregat
lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (workability).
Pemilihan ukuran maksimum dari agregat ini cenderung tergantung dari jenis
cetakan dan tulangan. Untuk strukutur beton bertulang SK SNI T-15-1991-03
memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 40mm.Sebagai
dasar perancangan campuran beton besar butir maksimum agregat, (ACI
318,1989:2-1) dan (PB, 1989:9), memberikan batasan sebagai berikut:
1)Seperlima dari jarak terkecil anatara
bidang samping cetakan,
2)Sepertiga dari tebal pelat
3)Tiga
perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang tulangan atau
berkas-berkas (bundle bar) ataupun
dari tendon prestress atau ducting.
Jika
ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut dapat saja
digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan mempertimbangkan kemudahan
pengerjaannya dan cara-cara pemadatan (consolidation)
beton selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya rongga-rongga udara atau
sarang kerikil (honeycombs). Untuk
itu pengawasan ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggungjawab
terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI 318,1989:2-1). Dari
ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar
dan agregat halus (Ulasan PB,1989:9).
1. Agregat
halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan
berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
2. Agregat
kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas
ayakan berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
Gradasi
agregat ialah distribusi dari ukuran agregat.
Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradasi
tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standar dari
BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun standar Indonesia. Beberapa ukuran
saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi agregat ditunjukkan oleh table
berikut :
a.
Gradasi
Sela (Gap Gradation)
Jika salah satu atau
lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada, maka
gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal dalam grafiknya.
Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
1. Pada nilai faktor air semen tertentu,
kemudahan pengerjaan akan lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi,
lebih cenderung mengalami segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan
dipakai pada tingkat kemudahan pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya
menggunakan penggetaran (vibration).
3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada
kekuatan beton.
b.
Gradasi
Menerus
Didefinisikan jika
agregat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik. Agregat
ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori
yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran
butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam, gradas menerus
adalah yang paling baik.
c.
Gradasi
Seragam
Agregat yang mempunyai
ukuran yang sama didefinisikan sebagai agregat seragam. Agregat ini terdiri
dari batas yang sempit dari ukuran fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya
dipakai unutk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau
untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang
kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
SUMBER : Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. yogyakarta : ANDI
Langganan:
Postingan (Atom)