Jenis Agregat Berdasarkan Berat
Ada
tiga jenis agreagat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan
dan agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat normal an agregat
ringan.
A. Agregat normal
Dihasilkan
dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari sumber alam. Agregat ini
biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Berat jenis
rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak boleh kurang dari 1.2 kg/dm3.
Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton normal, yaitu beton yang
dibuat dengan isi 2.200 - 2.500 kg/m3
(SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan
persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji Agregat Beton” harus dipenuhi.
Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80, maka agregat harus memenuhi ketentuan
ASTM C-33, “ Specification For Concrete Aggregates”(PB-89, 1989:9).
B. Agregat ringan
Digunakan
untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan yang memperhitungkan
berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya
bahan-bahan untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak
digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan agregat ringan
mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton
yang dibuaat dengan agrergat ini besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika
tidak diperhatikan hal ini akan menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi
kurang baik kualitasnya. Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
dihasilkan melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan
bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan volume. Berat isi agregat
ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasarnya dan 750-1200 kg/m3
untuk agregat halusnya. Campuran kedua agregat tersebut mempunyai berat isi
maksimum 1040 kg/m3. Agregat ringan yang digunkan dalam campuran
beton harus memenuhi syarat mutu dari ASTM C-330, ” Specification For
Lighweight Agragates For Structural Concrete”.
C. Agregat berat
Agregat
berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Contohnya
adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan
serbuk besi. Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat
jenis bahannya. Beton yang dibuat dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai
pelindung dari radiasi sinar-X. Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk
agregat berat, ringan atau normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang
digunakan adalah C.29. Definisi berat isi
sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk setiap partikel (Brink, R.H
and Timms, A.G, 1966).
Ukuran
maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm). Alat yang digunakan
dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder dengan butir yang telah
ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang tercantum dalam table dibawah ini.
Dalam hal in ukuran nominal agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat
ukur tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang tercantum pada tabel.
Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk
Bentuk
agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat tersebut sulit
diukur dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak membicarakan hal ini, salah
satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa bentuk butir agregat ditentukan
oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu kebulatan/ketajaman sudut
(sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara numerik dinyatakan
dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut
butir dari jari-jari maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya) dan oleh
sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan volume butir.
Bentuk
agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat
dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk
agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik
yang digunakan.
Jika
dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang
lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta
semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak
berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan
bentuk agregat ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan
bentuknya adalah sebagai berikut :
1.
Agregat
Bulat
Agregat ini terbentuk
karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena
pergeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya
kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar
agregat kurang kuat.
2.
Agregat
Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara
alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga
permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih
tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena
ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3.
Agregat
Bersudut
Agregat ini mempunyai
sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk ditempat-tempat perpotongan
bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar
antara 38%-40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah
dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar
agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis
perkerasan (rigid pavement).
4.
Agregat
Panjang
Agregat ini panjangnya
>lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika ukuran terbesarnya lebih
dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran
rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai
contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan
tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini
dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x
15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan
dibuat. Agregat jenis ini cenderung
berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan tekan
dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5.
Agregat
Pipih
Agregat disebut pipih
jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan tebalnya lebih
kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran
beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5
ukuran rata-ratanya. Untuk contoh diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil
dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai perbandingan antara
panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama
dengan uang logam.
6.
Agregat
Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini
mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan lebarnya
jauh lebih besar dari tebalnya.
Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur
Permukaan
Umumnya
agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Berdasarkan
pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus
(glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan
berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari
susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Jenis lain
dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam.
Ukuran
susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan
besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah membuat licin atau
kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan ini sangat berpengaruuh
pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit
beton untuk dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat
dibedakan sebagai berikut:
1.
Agregat
licin/halus (glassy)
Agregat
jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan menambah
kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butir agregat sehingga
beton yang menggunakan agregat ini cenderung metunya lebih rendah. Agregat
licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan
(rocks)berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
2.
Berbutir
(granular)
Pecahan agregat jenis
ini berbentuk bulat dan seragam.
3.
Kasar
Pecahan kasar dapat
terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang mengandung bahan-bahan
berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
4.
Kristalin
(crystalline)
Agregat jenis ini
mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
5.
Berbentuk
sarang lebah (honeycombs)
Tampak dengan jelas
pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan visual, kita dapat
melihat lubang-lubang pada batuannya.
Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran
Butir Nominal
Ukuran agregat dapat
mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan campuran
tertentu, kekeuatan tekan beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar,
dan juga akan menambah kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII. Seerti
yang diuraikan diatas, ukuran agregat
lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (workability).
Pemilihan ukuran maksimum dari agregat ini cenderung tergantung dari jenis
cetakan dan tulangan. Untuk strukutur beton bertulang SK SNI T-15-1991-03
memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 40mm.Sebagai
dasar perancangan campuran beton besar butir maksimum agregat, (ACI
318,1989:2-1) dan (PB, 1989:9), memberikan batasan sebagai berikut:
1)Seperlima dari jarak terkecil anatara
bidang samping cetakan,
2)Sepertiga dari tebal pelat
3)Tiga
perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang tulangan atau
berkas-berkas (bundle bar) ataupun
dari tendon prestress atau ducting.
Jika
ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut dapat saja
digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan mempertimbangkan kemudahan
pengerjaannya dan cara-cara pemadatan (consolidation)
beton selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya rongga-rongga udara atau
sarang kerikil (honeycombs). Untuk
itu pengawasan ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggungjawab
terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI 318,1989:2-1). Dari
ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar
dan agregat halus (Ulasan PB,1989:9).
1. Agregat
halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan
berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
2. Agregat
kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas
ayakan berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
Gradasi
agregat ialah distribusi dari ukuran agregat.
Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradasi
tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standar dari
BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun standar Indonesia. Beberapa ukuran
saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi agregat ditunjukkan oleh table
berikut :
a.
Gradasi
Sela (Gap Gradation)
Jika salah satu atau
lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada, maka
gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal dalam grafiknya.
Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
1. Pada nilai faktor air semen tertentu,
kemudahan pengerjaan akan lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi,
lebih cenderung mengalami segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan
dipakai pada tingkat kemudahan pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya
menggunakan penggetaran (vibration).
3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada
kekuatan beton.
b.
Gradasi
Menerus
Didefinisikan jika
agregat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik. Agregat
ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori
yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran
butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam, gradas menerus
adalah yang paling baik.
c.
Gradasi
Seragam
Agregat yang mempunyai
ukuran yang sama didefinisikan sebagai agregat seragam. Agregat ini terdiri
dari batas yang sempit dari ukuran fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya
dipakai unutk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau
untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang
kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
SUMBER : Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. yogyakarta : ANDI
0 komentar:
Posting Komentar